terus bertumbuh dengan baik. Apa jadinya jika tantangan yang diberikan semakin meningkat, sementara kemampuan kita stagnan? Yang pasti kita akan stress dan tersingkir dari kompetisi.
Lukas 6 :
46 "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?
47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan — ,
48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.
49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Persiapan seperti apa yang harus kita mulai dari sekarang ?
1. Pengetahuan yang benar.
Yaitu Firman! Kenapa kita butuh Firman ? Karena Firman itu Tuhan dan hanya Tuhan yang tahu arah jalan hidup terbaik. Kita bisa saja melakukan hal-hal hebat atau sukses dalam berbagai bidang, namun kalau memang itu bukan jalan hidup terbaik atau passion kita, tetap saja kita akan merasa kosong.
- Semakin cepat kita menemukan arah hidup kita (yang diinginkan Tuhan), semakin cepat kita bisa melakukan persiapan, tidak ke kiri ke kanan. Misalkan : SHAPE (Spiritual Gifts, Heart, Abilities, Personality, and Experience)
- Dengan pengetahuan yang benar, kita akan mempunyai iman dan pengharapan yang tidak pernah padam. Seorang atlit yang lemah dalam pengharapan tentu saja akan mudah diintimidasi lawannya, berbeda dengan seorang atlit yang percaya diri.
2. Prioritas Waktu.
Salah satu hal yang paling penting dan tidak pernah kembali adalah waktu. Cara kita menggunakan waktu mempengaruhi masa depan kita. Semakin waktu yang disia-siakan untuk kepentingan yang ga perlu, semakin kurang persiapan kita. Dalam persiapan sebuah kompetisi, seringkali ada masa karantina, tentu saja dengan maksud agar kita bisa focus mempersiapkan diri, menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Bayangkan waktu yang harus digunakan untuk persiapan tapi peserta malah:
- Tidak tahu batas kapan bersenang-senang, kapan harus mendisiplinkan diri. Orang yang terlalu sering/kebiasaan bermain, tanpa membatasi diri. Akan menghadapi kesulitan saat mereka diperhadapkan situasi yang sulit dalam kerjaan, kuliah dsb. Kalau perlu ujung-ujungnya mereka akhirnya memilih untuk tidak kuliah/kerja.
- Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak “kepake” dimasa depan. Ex: Games. Tidak salah untuk refreshing bermain game, tapi kalau memang anda bukan professional gamer, lebih baik menggunakan waktu untuk hal yang menjadi passion anda, misalkan membaca buku tentang membuat game atau membuat tutorial game.
- Mencari apa yang memuaskan diri, bukan memuaskan Tuhan. Orang yang terus mempersiapkan diri untuk memuaskan dirinya saja, ujung-ujungnya akan menjadi orang yang egois. Jangan lupa kita adalah makhluk social, semakin kita memperkaya diri (pengetahuan, karakter, materi) tanpa memberi. Kita bukan semakin bahagia, tetapi semakin dipenuhi kekuatiran dan ketakutan.
3. Friends
Memang sulit melawan rasa menyerah jika tidak diimbangi dengan kesungguhan niat. Itu baru dukungan dari dalam, tentunya kita pun butuh dukungan dari lingkungan luar, termasuk sekitar kita. Kita butuh teman, sahabat, keluarga, hingga mentor yang mendukung pertumbuhan kompetensi kita.
Bayangkan ketika kita menemukan suatu ide yang “aneh” dan membutuhkan dukungan. Namun karena kita mempunyai teman-teman yang “tidak bijak” kita malah jadi mengurungkan niat kita.
Padahal siapa tau ide “aneh” tersebut atau orang “aneh” adalah seperti : Abraham Lincoln yang pernah dianggap sakit jiwa, Sergey Mikhailovich Brin dan Lawrence Edward Page yang ditertawakan karena sesumbar dapat mendownload semua konten web dalam seminggu, Menteri Susi yang dulu tukang jualan ikan, Jokowi yang dulu jadi kuli panggul.
Bertemanlah sebanyak mungkin, bergaul’lah hanya dengan orang yang membangun Anda.
Tidak ada orang yang dilahirkan untuk menjadi pemenang ataupun pecundang. Masing-masing dari kita memiliki peluang yang sama. Hanya kita tinggal memilih dan memutuskan mau menjadi yang mana. Orang yang dulunya sering kalah, tidak selamanya dia kalah dan menjadi pecundang selama dia mau berusaha. Orang yang dulunya pemenang, tidak selamanya menang dan jadi pemenang, jika malas dan lengah. Semuanya bisa berubah!
No comments:
Post a Comment