Tuhan perlu membentuk dan mengijinkan masalah. Kualitas dibentuk karena proses…
Ibaratkan sebuah perusahaan dalam menerima karyawan. Diperlukan ujian dan test-test yang harus dilalui pelamar kerja, kalau dalam bahasa alkitabiahnya sih butuh ujian beban. Mana yang mentalnya kuat, mana yang mentalnya lemah, akan terlihat ketika seorang pekerja diperhadapkan pada ujian beban tersebut.
Toh tidak mungkin menempatkan seseorang yang mentalnya lemah untuk menempati posisi Kepala Bagian ‘kan ? Tentu saja akan
berdampak buruk bagi orang-orang dibawahnya. Sama halnya dengan Tuhan. Terkadang Tuhan mengijinkan ujian beban itu terjadi untuk mempersiapkan kita menjadi kepala bukan ekor. Yesus pun mengalami ujian beban tersebut 2000 tahun yang lalu melalui pencobaan di padang pasir.
Dan janganlah kamu kuatir atau takut “tidak bisa” karena sejak awal Tuhan mengatakan :
1 Kor 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Artinya : Kita bisa ! Apapun masalah yang sedang kita hadapi, itu sudah diukur sedemikian rupa oleh Tuhan agar cocok dengan level kapasitas kita. Namun yang kamu harus kamu ketahui juga seringkali ada hambatan, yaitu si iblis yang enggak suka kalau kamu jadi hebat, iblis ga suka kalau kamu jadi berdampak dan inspirasi banyak orang, karena itu dengan kelicikannya, ditanamkanlah dalam hati kita : Kamu tidak bisa !
Nah, buat membantu menghadapi si iblis dan memaksimalkan potensi kamu, ada 3 tips nih yang perlu dipelajari :
1. Upgrade
“Eh bang…. kalau lagi bête emang niat meng-upgrade ? boro-boro! Malas yang ada.”
Memang kisah klasiknya sih, jadi orang itu harus upgrade diri, tambah pengetahuan, banyak membaca, banyak bertanya, banyak diskusi. Tetapi kalau lagi bête ? Tentu orang akan malas untuk membaca, diskusi atau bertanya sama senior-senior. Karena itu upgrade yang saya maksud disini adalah selain mengupgrade pengetahuan dan pengalaman, kita harus bisa mengupgrade hati kita. Yaitu dengan cara tidak mudah bête. Artinya kita menjadi orang yang tidak mudah dikendalikan situasi, tetapi kitalah yang mengontrol situasi.
Kenapa seorang peserta final Indonesian Idol perlu dikarantina sebelum tampil ? Dikarenakan mencegah hal-hal yang tidak enak, yang membuat bad mood si peserta. Kalau bad mood tentu saja menyanyi pun tidak semangat.
Jadilah orang yang bahagia karena dirimu adalah seseorang yang bisa ambil sikap positif, tetap tenang dalam setiap situasi. Aku bahagia karena diriku memilih kebahagiaan walau situasi gak enak. Bukan situasinya dibuat bahagia, agar kita bahagia.
Hadapi setiap ujian beban dengan meminta pertolongan Tuhan, bukan dengan cara lari dari masalah. Misalkan, ketika seorang bête karena dibully sama temannya, bisa saja ia lari ke dubai, refreshing di hotel berbintang sepuluh. Tetapi apakah masalahnya hilang ? Tentu tidak, orang tersebut hanya mengobati betenya sementara agar tidak sakit, tetapi pada saat dibully lagi temannya, dia akan bête kembali. Jadi yang harus diperbaiki adalah level mudah betenya bukan terus mencari solusi sementara.
Amsal 15:15 Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.
Upgrade hatimu, jangan mudah bersusah hati !
2. Humility
Kerendahan hati atau humility mungkin sudah sering kita dengar. Tapi sebenarnya contoh nyata kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari seperti apa sih ?
Salah satu indikator kedewasaan karakter seseorang sebenarnya mudah saja, yaitu apa yang dia lakukan ketika keadaan terjepit. Karena biasanya seseorang yang tidak dewasa itu mudah blaming atau menyalahkan orang atau menyalahkan situasi. Dalam kasus yang lebih parah terkadang dari blaming meningkat menjadi fitnah.
Misalkan, ketika kita mempunyai toko online nih. Tiba-tiba ada customer yang telepon sambil marah-marah, karena ada barang yang salah kirim. Apa yang kita lakukan ? Seringkali dalam keadaan terdesak, kita akan mudah menyalahkan orang lain. “Waduh Iya Bu, maaf ni bagian gudangnya gak bener.” Walau kesannya sepele, lama-kelamaan kita akan menjadi orang yang membuat nama orang lain buruk, agar muka kita selamat, tetap baik dimata orang-orang.
Dalam situasi yang makin sulit, bisa jadi kesalahan diri dilimpahkan kepada orang lain. Seseorang yang salah mengambil keputusan dalam perusahaan, karena ingin namanya tetap baik didepan pimpinan, bisa saja menyalahkan keputusan tersebut kepada bawahan atau rekannya.
“Ini kesalahan yang mengjadwal pelayanan”, “ini karena si papa ga bener”,”ini gara-gara dia”,”ini karena dosennya mengajar tidak benar”, "ini karena kerjaannya terlalu banyak."
Mzm 46:10 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
Dalam bahasa Ibrani kata "diamlah" dapat dengan diganti dengan kata "lepaskanlah", yaitu berhentilah memegang hal-hal yang menghalangi saudara meninggikan Allah. Jadi walau ada situasi yang terjepit atau mendesak, tetaplah mempunyai kerendahan hati untuk menerima dan menghadapi masalah tersebut. Tetaplah mempunyai kerendahan hati untuk siap berkorban perasaan, waktu, tenaga, materi untuk yang namanya kebenaran. Hadapi ujian beban, push u'r self, jangan menyerah. Tetaplah berani bertanggung jawab sebagai seseorang yang dewasa. Bukan karena kita cuek, tidak peduli atau menyepelekan masalah, namun kita tenang karena kita tahu kita bersama siapa, yaitu Allah pencipta langit dan bumi, yang ditinggikan diantara bangsa-bangsa.
3. Think BIG
Mzm 112:1 Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.
Tuhan adalah Allah yang setia yang memegang janji-janjinya. Seperti ayat diatas ganjaran dari takut akan Tuhan adalah anak cucunya perkasa di bumi, diberkati dan kekayaan, kebajikan ada tetap padanya.
Point yang harus kita pikirkan adalah seberapa besar kita punya persepektif kehebatan Tuhan. Kalau kita tidak bisa memandang jauh ke depan, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang sanggup mengatasi setiap masalah, hidup kita akan selalu goyah bila diperhadapkan dengan ujian beban.
Ketika seseorang menghadapi kesulitan ekonomi, banyak yang mencari jalan pintas dengan cara berjudi, gesek kartu kredit, berhutang pada lintah darat, sembahyang pada dewa-dewa.
Ketika seseorang menghadapi sakit penyakit, banyak yang pergi ke orang pintar.
Ketika seseorang menghadapai pergumulan pasangan hidup, akhirnya menyerah dengan menikahi yang berbeda iman.
Ketika seseorang menghadapi masalah keluarga, akhirnya menyerah dengan meninggalkan rumah.
Saya yakin contoh kasus diatas bukan tindakan takut akan Tuhan. Padahal bisa saja Tuhan mengijinkan ini terjadi karena ingin merubah gaya hidup kita, mungkin kita yang terlalu boros, terlalu bergaya hidup mewah, suka pamer kekayaan. Atau Tuhan mengijinkan sakit agar kita bisa mensyukuri dan menjaga benar-benar kesehatan kita, atau mempersatukan seluruh anggota keluarga. Seperti yang sedang dihadapi oleh teman saya, ketika papanya sakit, ada rekonsialisasi dengan saudaranya yang sudah jauh dan tidak pernah berkomunikasi karena masalah dimasa lalu.
Berbagai kemungkinan bisa terjadi, dan yah itu, kalau berpikirnya pendek dan kecil, lebih cenderung negatif, kuatir dan takut. Tapi coba kalau berpikir besar, bahwa Allah sanggup! Saya percaya hasilnya akan berbeda dan kita tidak mudah digoncang ke kanan kiri, tidak mudah menjual iman kita karena pasangan hidup atau pun tidak lari meninggalkan kesulitan dirumah demi kenyamanan.
Kita akan mampu melalui setiap rintangan karena… jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2Kor12:9)
No comments:
Post a Comment