Standar Hidup
Dalam hidup, butuh yang namanya acuan atau standar sehingga kita bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Kalau standar hidup kita rendah, pilihan hidup kita rendah. Ketika ujian sekolah, mata pelajaran yang menurut kita gampang, kita cenderung belajar sedikit doang, kalau perlu ga usah belajar. Tapi ketika mata pelajaran yang susah, tentu kita juga akan lebih rajin belajarnya.
• Standar tinggi = pengorbanan tinggi = bertumbuh
• Standar rendah = comfort zone = tidak ada pertumbuhan.
Seorang pekerja yang mempunyai standar tinggi, pasti akan merasa kalau banyak bicara itu menganggu konsentrasi kerja, tidak fokus, tidak produktif. Tapi seorang yang mempunyai standar rendah,
it’s ok ngelakuin apa juga, ngobrol itu wajar, yang penting saya hadir di kantor dan dapat gaji.
Nah bila kamu pemilik perusahaan tersebut dan membutuhkan seorang manajer dicabang yang akan kamu buka di Perancis, orang mana yang akan kamu pilih ? Tentu saja yang pertama ‘kan, yang mempunyai standar tinggi.
Kenapa leader kita di gereja, orang tua, dosen, atau kakak kita suka sok ngatur, turut campur urusan kita, cerewet dan terkadang menyebalkan ? Karena mereka mempunyai standar hidup yang berbeda dengan kita. Entah itu standar yang baik atau buruk, sebenarnya kalau kitanya benar, mereka akan terus cerewet sama kita ? Tentu saja tidak, coba lihat Daniel, saking tidak ada celahnya, orang-orang harus mempermasalahkan ibadahnya.
• Emang salah yah kalau orang tua menegur anaknya pulang malam ?
• Emang salah yah kalau orang tua mengingatkan kita agar bijak menggunakan uang dan tidak boros ?
• Emang salah yah kalau kakak atau leader kita menegur, karena kita sering bolos kuliah ?
• Emang salah yah kalau kakak atau leader kita melarang kita party, merokok, minum-minum ?
Hidup sih memang hidup lo, lo yang pilih, tapi jangan sampai kamu-kamu akan menyesal kemudian, ketika tubuh kamu tidak fit, sakit-sakitan karena kurang tidur, jantung kamu terganggu karena rokok, minum. Kuliah kamu berantakan karena sering bolos dan akhirnya sulit dapat kerja, kamu terlilit hutang karena tidak bisa mengatur keuangan. Nah yang lebih parahnya kita seringkali tidak sadar hidup kita yang sekarang, dikarenakan keputusan hidup kita di masa lalu, kita malah lebih sering menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain dan menyalahkan Tuhan.
Engga suka dicerewetin ? yah lakukan lah apa yang benar sebelum ditegur orang. Engga tahu caranya ? Sering-seringlah berdoa dan membaca Firman. Semua jawaban hidup kamu ada koq di Alkitab. Masih suka bingung dengan Firman Tuhan ? bergaulah dengan orang-orang yang sudah lebih dewasa dari kamu.
Tuhan tidak ingin mengekang kebebasan kita, kamu bebas saja sih mau melakukan apa juga. Tapi seperti seorang Bapa yang tidak mau kehilangan anaknya, Tuhan memberi arah hidup kita yang terbaik melalui FirmanNya, bukan karena Dia yang ingin sok ngatur-ngatur kita, tapi karena kasihNya yang besar Dia tidak mau kita tersesat tetapi mengalami kemenangan demi kemenangan.
Matius 5:38-45 Yesus bukan hanya mengajar tentang perjanjian lama dan kitab taurat. Tetapi Yesus sedang memberitahukan sesuatu yang lebih dari itu. Perhatikanlah perkataan Yesus : “Kamu telah mendengar firman…” dan … tetapi Aku berkata kepada mu…”. Kalimat ini berarti kita harus melakukan lebih dari apa yang biasanya kita lakukan. Melakukan lebih daripada orang biasa.
Itulah sebabnya Yesus berkata dalam,
Luk 6:32-34 : Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
Karena itu dalam memandang dan menilai segala sesuatu, kita harus menilai dengan yang lebih, yaitu standar Tuhan, supaya kita selalu mengalami keberhasilan.
Seperti apa sebenarnya standar Tuhan itu?
1. Memberikan lebih dari yang dimiliki (Going extra mile).
Tuhan menginginkan kita bukan hanya melakukan biasa-biasa saja tetapi Ia menginginkan kita untuk melakukan hal-hal yang lebih lagi. Dalam Matius 5:39-41 Menurut standar manusia pada umumnya hal ini sangat tidak wajar dan bodoh. Kalau secara hitung-hitungan sepertinya kita dirugikan.
Tetapi mengapa Tuhan meminta dan menuntut sesuatu hal yang lebih dari kita? Karena Ia memang Tuhan yang berani memberikan sesuatu yang lebih untuk kita, Tuhan tidak hitung-hitungan. Para murid-murid ketika semalam-malaman mencari ikan dan mereka tidak mendapatkan apa-apa. Tuhan melakukan hal-hal besar bagi mereka dan Alkitab mencatat jala meraka sampai terkoyak karena begitu banyaknya ikan yang tertangkap.
Jadi lakukanlah apa yang bisa kita lakukan dengan yang terbaik, bukan secara hitung-hitungan standar manusia. Ketika kita bisa mengorbankan waktu tenaga kita untuk belajar lebih rajin dan mendapat nilai A, kenapa tidak ? Ketika kita bisa melakukan lebih dari yang diminta pimpinan kenapa tidak ? Jangan sampai kita punya standar yang rendah, karena berpikir : “Ah ngapain gua cape-cape, gaji tetap sama koq.” “Ah ngapain gua cape-cape bantuin dia, ga bakal dapat duid ini.”
Atau malah kita tidak tulus membantu “Ah gua bantuin dia dah, biar gua dipandang baik.”
Lakukan lebih bukan karena ingin mendapatkan imbalan, tetapi karena itu yang Tuhan mau.
2. Mendoakan yang jahat (Forgive).
Mat5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Standar manusia pasti akan trauma, benci bahkan dendam. Tapi Tuhan mengingatkan kita untuk mengampuni, karena Tuhan mengerti akar pahit seseorang akan buruk akibatnya. Selain kanker dan sakit penyakit yang akan menimpa. Berapa banyak juga kesempatan yang baik akan kita lewatkan, karena kita tidak mau berkomunikasi dengan orang yang telah menyakiti kita. Kerja kelompok saat kuliah, kerjasama dalam pekerjaan, kerjasama dalam rekan bisnis, seringkali terganggu dan menjadi tidak maksimal karena rasa tidak suka kita pada seseorang.
Tuhan akan sulit mempromosikan kita kalau kita bekerjasama dengan orang lain saja sulit. Coba lihat Daniel dan Yusuf yang menjadi pemimpin di Negara yang tidak mengenal Tuhan. Apa mungkin seorang yang minoritas bisa jadi pemimpin bila tidak bekerjasama dengan baik dengan orang-orang yang menyebalkan ? Pasti awalnya Daniel dan Yusuf dicemooh dahulu mungkin seperti ini : “Kafir lo!” “China lo!” “Pribumi lo!”, namun mereka dapat mengampuni.
3. Setia dalam perkara kecil (Little things matter).
Lukas 16:10 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”
Jangan pernah berpikir bahwa kita baru mau melayani Tuhan setelah kita mengalami kebebasan waktu, uang dan kesuksesan dulu. Jangan pernah berkata “nanti” tetapi mulailah bertindak dan tetaplah setia melakukan sesuatu untuk Tuhan, walupun itu menurut orang lain mungkin hanya perkara-perkara kecil saja. Berapa banyak hal sepele yang kita lakukan dapat membawa dampak besar dalam hidup kita atau orang lain.
• Kesal ga sih sama orang yang selalu ga “on time” ?
• Kesal ga sih sama orang yang selalu lupa ?
• Kesal ga sih sama orang yang suka menunda-nunda pekerjaan ?
• Kesal ga sih sama orang yang pundungan ?
• Kesal ga sih sama orang yang baik didepan, jahat dibelakang ?
Kesal ga sih kalau kamu punya karyawan yang perilakunya seperti yang diatas ? Karyawan tersebut lebih mungkin dipecat apa dipromosikan ?
Kesal ga sih kalau anak kamu perilakunya seperti yang diatas ? Anak kamu itu bakal lebih sering dimarahin apa lebih dipuji ?
Nah coba intropeksi diri, kalau kamu masih suka melakukan hal-hal yang diatas atau tidak ? Kalau iya, perbaiki ‘lah, hal-hal yang kamu anggap sepele itu. Kalau sudah benar, setialah, ingat manusia bisa berubah kapan pun, either good or bad.
4. Hanya ada satu jalan naik yaitu turun (The only way up is down).
Standar Tuhan sangat berbanding terbalik dengan standar yang ditetapkan dunia ini. Dunia berkata; kalau kita ingin sukses kita harus berani sikut sana dan sikut sini, sedangkan Alkitab berkata; dalam Lukas 22:26 “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
Melalui perkataan ini Yesus mengajarkan kita supaya kalau kita mau menjadi besar harus mau menjadi pelayan sama seperti yang sedang Yesus lakukan. Ingat orang sombong akan dikelilingi orang-orang yang sombong juga atau orang-orang yang sekedar memanfaatkan dirinya. Tetapi orang yang rendah hati akan dikelilingi orang-orang yang memang tulus dan setia.
5. Mementingkan sesuatu yang tersembunyi (Importance of the unseen).
Dalam Matius pasal 6, ada 3 perikop yang berbicara mengenai sesuatu yang baik yang kita lakukan yang tidak perlu untuk kita pamerkan kepada orang lain yaitu; “hal memberi, berdoa dan berpuasa”. Standar Tuhan juga berbicara hal-hal yang gaib dan supranatural, meskipun hal ini tidak dilihat orang lain tetapi kita harus percaya, Tuhan mampu melihat dan membalas perbuatan kita itu dengan mencurahkan berkat-berkat-Nya bagi kita.
nice sharing, God bless...!
ReplyDelete