Tuesday, 21 April 2015

Opposite is good

Sejak jaman Adam dan Hawa jatuh ke dunia, manusia mempunyai naluri egonya masing-masing, karena itu Tuhan juga sebagai gembala tidak hanya menggunakan tongkat untuk mengarahkan tetapi terkadang dia menggunakan gada untuk membentuk kita.

Mzm23:4  Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Kenapa Gada ? Karena naluri manusia yang egois terkadang membuat diri selalu benar dan kalaupun udah tau salah, tapi tetep “kekeuh” bahkan terkadang sampai berbohong untuk menutupi kesalahannya. Namanya juga manusia kalau cuman diomongin terkadang iya iya doang, tapi tidak berubah.

7 Ego Manusia :
1. Ingin menyerah dari kenyataan (mudah lari dari masalah).
2. Ingin menjadi sama dengan orang lain (yang kelihatannya lebih bahagia, sukses, lbh cantik dsb).
3. Ingin instan, dapat banyak tanpa perjuangan.
4. Ingin melihat orang yang telah menyakiti, menderita.
5. Ingin hidup tanpa masalah & persoalan.
6. Ingin melihat segala sesuatunya persis seperti yang diharapkan.
7. Ingin selalu dinomor satukan.

Jadi Tuhan mengijinkan hal yang tidak enak terjadi dalam hidup kita (digebuk pake gada), agar kita kembali kejalanNya yang benar, agar kita tidak tersesat.
Hal tidak enak yang seperti apa ? Tentu saja hal-hal yang bertentangan dengan keinginan kita.
Mulai dari hujan gede marah-marah, panas terik ngomel-ngomel, punya orang tua yang cuek kitanya ngeluh, orang tua cerewet bikin kita bĂȘte, teman pendiam bikin malas, temen cerewet cape hati juga. Maunya apa ?

Segala sesuatunya manusia ingin sesuai dengan harapannya, tidak suka bila terjadi yang tidak sesuai.
Manusia seringkali ingin menyingkirkan perbedaan agar menemukan kedamaian. Manusia ingin semua orang mengerti kehendak kita, segala sesuatunya tentang “Aku” atau kalau jaman sekarang seringkali kita memakai pola pikir “harusnya”…. Seharusnya gini, dia seharusnya ngerti, seorang pemimpin harusnya… orang tua yang baik harusnya… teman tuh harusnya…

Sayangnya tidak bisa ! Kita tidak bisa menyingkirkan perbedaan yang terjadi, bahkan mungkin perbedaan itu harus ada, agar kita banyak belajar. Kalaupun memaksakan perbedaan agar hilang, mungkin film The Giver bisa menjadi ilustrasi dimana pada akhirnya manusia akan kehilangan kreativitasnya. sebuah film tentang apa yang terjadi jika di dunia ini tidak mengenal perbedaan. Bagaimana sebuah dunia berjalan dalam kesetaraan yang absolut sehingga tak tersisa pilihan.  Apa yang terjadi jika di dunia ini tidak ada ras, suku, agama, bahkan warna. Semua orang buta warna karena perbedaan tidak diperkenankan. Proteksi sangat kuat diberlakukan agar manusia tidak mengenal pilihan, perbedaan dan emosi. Bahkan untuk pilihan hidup mati pun sudah ditentukan oleh para tetua komunitas.

Sekarang kita belajar, kitanya yang berubah, menerima perbedaan!
Caranya :

1.       Ingat prinsipnya
Mzm 25:8 TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Tuhan selalu baik! Apapun perbedaan yang terjadi : perbedaan pendapat, perbedaan gaya hidup, perbedaan sifat, keadaan cuaca yang tidak sesuai, kecelakaan, sakit penyakit, keluarga yang tidak harmonis, teman-teman yang cuek…. Apapun itu kita harus pegang prinsip awalnya yaitu : God is good, always good!
Pemazmur bilang gada juga penghiburan lho…

2.       Terus belajar
Dalam perbedaan kita harus mengerti, ada pelajaran didalamnya. Karena segala sesuatu terjadi bukan karena kebetulan tetapi sudah merupakan bagian dari rancangan indah Tuhan. Ingat bukan rencana kita, tetapi rencana Tuhan.
Rom8:28  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam SEGALA SESUATU untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Kalau kita tidak pernah dikhianati, kita tidak akan pernah belajar mengampuni.
Kalau kita tidak pernah direndahkan, kita tidak akan pernah belajar kerendahan hati.
Kalau kita tidak pernah diremehkan, kita tidak akan pernah belajar berjuang.
Kalau kita tidak pernah dicuekin, kita tidak akan pernah belajar memberi perhatian.
Kalau kita tidak pernah didebat, kita tidak akan pernah belajar berani berbicara.
Kalau kita tidak pernah ditekan, kita tidak akan pernah belajar memberi lebih.
Kalau kita tidak pernah melakukan kesalahan, kita tidak akan pernah belajar.
Dan ingat, iblis selalu membuka pintu “exit” alias pintu menyerah… ketika hal buruk terjadi selalu ada 1 pintu dimana kita lari dari masalah. Berbagai cara bisa dilakukan lewat pintu “exit”. Kita menutup hati kita, kita trauma, kita lari dari komunitas kita, kita lari dari rumah, kartu kredit juga bisa menjadi pintu “exit”, bahkan membunuh orang yang menyakiti kita juga itu pintu “exit”.
So… guys jangan menyerah, jangan cari pintu “exit” karena sebenarnya kita tidak akan pernah bertumbuh bila selalu menyerah, bahkan cenderung menurun. People can change, but it’s u’r response that decide if u wanna go up or go down.

3.       Comfort Zone
Terkadang Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk terjadi karena Tuhan ingin kita menjadi kepala bukan ekor. Kalau kita terlalu nyaman dalam suatu keadaan, kita akan jadi orang yang tidak pernah mengelola talenta kita. Kalau kita tidak perlu cari uang, teman banyak dan baik-baik, tidak pernah tertipu, tidak pernah berjuang untuk meraih sesuatu, segala sesuatunya sudah ada. Naluri manusia tentu saja akan bermalas-malasan. Malas artinya tidak mengelola talenta.

Dua kejadian comfort zone, Nokia Vs Apple :
Nokia, yang merajalela ditahun 2000-an, tapi karena terlena (comfort zone), terpuruk sejak munculnya android dan iphone, hingga terpaksa memecat 10.000 karyawannya.
Setelah sukses dengan macintosnya, Steve Jobs sempat terlena (comfort zone) dan pada akhirnya Steve Jobs mengalami kegagalan fatal saat dia dipecat dari Apple oleh CEO-nya waktu itu, John Sculley. Pemecatan ini menyakitkan karena justru Steve-lah yang merekrut dan membawa masuk John Sculley untuk mengurusi pemasaran Macintosh. Seperti kita tahu, sepeninggal Steve waktu itu, nasib Apple menjadi makin runyam.
Apa komentar Steve mengenai pemecatan yang menyakitkan tersebut? “...getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life.”
Hebatnya Steve, ia tidak menyikapi pemecatannya secara negatif dan pesimistis sebagai sebuah kekalahan dan akhir segalanya, tapi justru sebaliknya, membebaskannya memasuki masa-masa terkreatif dan terproduktif dalam perjalanan hidupnya.
Yang menarik, memulai kembali di titik nol justru menjadikan Steve punya energi luar biasa untuk berkreasi yang kita tahu akhirnya mengantarkannya untuk mencipta produk-produk paling kreatif dalam sejarah umat manusia: iPod, iPhone, iPad. Kondisi serba keterbatasan di titik nol ini justru memberikan spirit luar biasa untuk merengkuh kesuksesan.
Bayangkan bila Steve Jobs waktu itu tidak dipecat ? Mungkin sampai sekarang kita tidak pernah mengenal yang namanya Ipod….

4.       Cerdik seperti ular, tulus seperti merpati
Sekarang bagaimana kalau perbedaan itu salah ? masa kita diam saja bila orang berbuat salah ?
Alkisah di sebuah desa, ada seorang peternak mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu. Dia mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba peternak. Peternak itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli. Suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa domba sehingga terluka parah.

Peternak itu memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim.
Hakim itu mendengarkan cerita peternak itu dengan hati-hati dan berkata,“Saya bisa saja memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya, lalu menghukum pemburu itu. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh.
Mana yang kau inginkan: teman atau musuh yang jadi tetanggamu?”
Peternak itu menjawab,"Yang Mulia, saya lebih suka mempunyai seorang teman."
“Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi jitu...” Dan Pak hakim pun menceritakan solusi terbaiknya.
Mendengar solusi pak hakim, peternak itu setuju.

Ketika sampai di rumah, peternak itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu. Ketiga anak pemburu itu menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu memasukan anjing-anjingnya ke dalam kandang. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba sang peternak.

Di samping rasa terimakasihnya kepada kedermawanan peternak kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada peternak. Sebagai balasannya peternak mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.

Cara terbaik untuk “mengalahkan” dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih. Seperti contoh di atas, saat keburukan dan sifat ego dibalas dengan kebaikan, ternyata hasilnya membawa manfaat dan kebahagiaan bersama.
Demikian pula di kehidupan ini, saat ego dikalahkan maka kemenangan akan memihak kepada kita. Saat perbuatan baik kita lakukan, sesungguhnya kita sedang melindungi diri sendiri dari kemalangan yang mungkin sedang mengintai.
" Mereka yang tidak bisa memaafkan orang lain menghancurkan jembatan yang akan dilewatinya (Confusius)"

Dari cerita diatas jelas ini yang Tuhan Yesus mau… kita memang harus berjuang kalau perbedaan itu membuat manusia jadi seenaknya, tapi cara kita berjuang yang harus kita pikirkan. Kalau kita selesaikan dengan emosi, sebenarnya kita berjuang demi ego atau emosi diri sendiri, bukan demi kebenaran.

Ingat, mau bagaimana pun kita harus tetap mengasihi dan melayani, Tuhan aja datang untuk melayani bukan dilayani, dan sejak awal kita telah mati, segala sesuatunya milik Tuhan, kita hanyalah hambaNya yang diselamatkan melalui salibNya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...