Tuesday, 21 March 2017

Family is your best friend


Kita sering mendengar istilah sobat karib. Sebenarnya seperti apa sih ciri-cirinya bahwa pertemanan sudah bisa disebut sobat karib ?
Mungkin jawabannya tidak jauh dari ini : Sobat karib adalah seseorang yang bisa kita terima kekurangan kelebihannya, dan kita rela berkorban demi sobat karib kita.
Manusia tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan komunitas atau teman yang cocok. Cocok tidak harus sama tetapi juga bisa kontras. Contoh: Bila kita memencet odol dari bagian bawahnya secara rapih, mungkin Kakak atau Adik kalian memencet odol asal saja, yang penting keluar odolnya.

Nah... komsel kali ini kita tidak akan membahas sobat karib, tetapi tentang keluarga.
Kenapa keluarga ? karena keluarga adalah komunitas paling pertama dan utama dalam kehidupan kita. Keluarga adalah tempat dimana kita dimiliki dan memiliki. Keluarga adalah tempat dimana kita jadi diri kita sendiri, keluargalah yang biasanya paling tahu kita apa adanya. Karakter kita, masa depan kita sangat ditentukan dengan apa yang terjadi dalam keluarga.
Lho, lalu apa hubungannya dengan sobat karib dong ?
Begini Bro & Sis… Jaman sekarang orang semakin terbuka, semakin sayang dengan sobat karibnya bukan dengan keluarganya. Iya ga sih ?
Padahal keluarga itu sangat penting untuk masa depan kita, sudah sewajarnya kita turut andil menjaga keharmonisan keluarga. Toh Kebahagiaan keluarga adalah kebahagiaan kita juga.
Dan apa sih kado terindah, kekal dan berguna bagi keluarga kita ? Jawabannya, adalah saat seluruh anggota kita dipulihkan dan mau menerima Yesus sebagai juru selamat.
Namun hal tersebut tidak mudah, apalagi status kita sebagai anak yang harus menghormati dan mau diatur. Karena itu dalam persahabatan dengan sobat karib ada nilai-nilai positif yang bisa kita pelajari untuk diterapkan dalam keluarga. Misalkan dua hal dibawah ini :

1. Penerimaan 
“Kita berantem tapi sayang itu tetap ada” –sobat karib-
Mazmur 133:1&3b  Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! …. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Mazmur berkata kita harus diam bersama dengan rukun! Bukan melarikan diri karena tidak betah dirumah, bukan saling diam & menjadikan rumah bagai losmen, pergi pagi, pulang malam tanpa menyapa, tanpa komunikasi. Meskipun keluarga, se-darah & se-DNA, tetap saja yang namanya perbedaan selalu ada, namun perbedaan bukan permasalahan yang utama. Seringkali yang jadi permasalahan adanya tidak ada penerimaan.
Tidak ada keluarga yang sempurna, karena keluarga terdiri dari individu-individu yang tidak sempurna. Anak-anak lahir dari kedua orang tua yang tidak sempurna, what do you expect?
Itu sebabnya jangan kita terkecoh dengan pemikiran: kenapa ya keluarga saya kok begini ya? Tidak seperti keluarga itu?
Sangat mudah untuk mencintai seorang yang sempurna, tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi tidak ada orang yang seperti itu dimuka bumi ini. Jadi kita harus mengatur ekspektasi kita supaya kita tidak kecewa, kita harus belajar menerima.
Tuntutan yang tidak perlu dapat menyebabkan kita negatif thinking dan membuat kamu mudah dikecewakan oleh keluarga.

2. Prioritas
“Kalau kenapa-napa, lapor aku aja sobat” –sobat karib-

Coba kalau kalian ditelepon oleh keluarga diminta tolong menemani beli barang, dibandingkan dengan menemani temen kalian untuk beli barang. Lebih memilih yang mana ? menemani keluarga atau menemani temen ?
Mungkin hal tersebut adalah salah satu dari sekian banyak indikator, apakah kita mengasihi keluarga kita atau tidak.

Kalau ditanya kalian sayang keluarga engga ? pasti dengan mudah menjawab iya.
Tetapi kalau ngomong sayang harus dibuktikan dengan tindakan yang nyata betul tidak ?
Hebatnya keluarga, seringkali walau tidak ditemenin dan dinomor duakan tetap kalian disayang lho. Buktinya kalian masih bisa makan dan tidur dalam rumah :p

Dalam sebuah hubungan, yang menentukan kualitas hubungan tersebut adalah kita sendiri.
Semua relationship yg kita punya, memiliki persamaan yaitu kita (saya) ada didalamnya. Jadi kalo kia mengupgrade diri kita menjadi lebih baik, maka secara tidak langsung hubungan yang kita punya juga akan berubah, termasuk hubungan kamu dengan keluargamu.

Ams 4:23 "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan"

"the bigger your heart the bigger your world"

Bukan masalah seperti apa lingkungan keluargamu, tetapi prioritas kita untuk mengasihi tanpa pamrih, berkorban waktu, tenaga tanpa mengharapkan balasan. Disitulah kita memancarkan kehidupan.
Tidak perlu menginjil atau membacakan ayat-ayat Alkitab untuk keluarga.
Keluarga kita akan tertarik dengan seberapa banyak kita memprioritaskan mereka. Termasuk saat ada masalah dalam keluarga, seberapa banyak kita menjaga hati untuk mengasihi keluarga kita.
Ataukah karena kita tidak mendapat dukungan moril, materi untuk kuliah dari keluarga, lalu kita berhak menyalahkan keluarga kita ? Apakah hal tersebut memancarkan kehidupan atau mematikan hubungan ?
Masalah akan selalu ada, itu artinya kita amsih hidup dan bernafas. Masalah hilang ketika kita sudah mati.

Kita harus memahami bahwa Apa yang ada di benak Tuhan bukanlah kenapa atau mengapa terjadi, atau justru apa yang terjadi, namun justru yang Tuhan pikirkan adalah apa yang terjadi setelahnya. Disaat ada masalah datang, selalu ada kasih, mujizat, penghiburan.

We need to understand that sometimes things doesn’t work out, sometimes they do.

Dalam alkitab, tidak dikatakan Tuhan hanya membuat segala yang baik aja, tetapi Tuhan bilang “all things" artinya semuanya digunakan untuk kepentingannya. Tidak ada yang sia-sia dalam kacamatanya Tuhan. Sayangnya kita cenderung tidak mengerti maksud baiknya Tuhan.

Jadi apapun yang terjadi dalam keluarga kalian, tetaplah memprioritaskan keluarga, jadilah seseorang yang memancarkan kehidupan dalam sebuah hubungan.

Diskusi :

1. Bagaimana kondisi keluarga kalian ? Kalian bisa menerima sepenuhnya ?
2. Apa yang dapat dilakukan bila keluarga tidak harmonis ?

-What you can do to promote world peace ? Go home and love your family-
Mother Teresa

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...