Tentu sebagian dari kalian tahu bahwa yang terutama adalah "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Tapi tahukah kamu dua hukum tersebut tergambarkan juga di 2
loh batu yang Tuhan Firmankan pada Musa. Perintah ke-1 sampai dengan ke-4
adalah perintah yang berhubungan dengan Tuhan, sedangkan perintah yang ke- 5
hingga 10 adalah perintah yang berhubungan dengan sesama.
Dari 5 perintah yang berhubungan dengan sesama, perintah
pertamanya adalah : “Hormatilah Ayah dan
Ibumu” (Kel 20:12). Berarti sungguh sangat spesial perintah ini karena
diucapkan pertama oleh Tuhan, bahkan ini perintah dari jaman dahulu lho,
sebelum Yesus datang (note: jaman peperangan, saling bunuh-bunuh-an :p aja udah
disuruh hormatin orang tua). Dan ingat,
ini perintah yah bukan saran. Ini
hukumnya wajib.
Pertanyaannya kenapa kita harus menghormati orang tua kita ?
Bagaimana kalau orang tua kita adalah bukan orang yang takut akan Tuhan, bahkan
cenderung mengajarkan teladan yang salah ?
Bagaimana pun keadaan atau situasi orang tua kita semua
masing-masing, kita tetap harus menghormati orang tua kita, karena :
1. Wujud ketaatan pada otoritas
Kata Yunani yang dipakai untuk menghormati berarti “memuja, menjunjung dan menghargai."
Menghormati itu berarti menunjukkan respect,
bukan saja karena jasa, namun juga karena kedudukan. Misalnya, sebagian orang
Indonesia mungkin berbeda pendapat dengan keputusan Presiden, namun mereka
masih tetap menghormati posisinya sebagai pemimpin negara.
Atau bayangkan kalau kalian ditunjuk sebagai ketua kelompok kerja. Kalian
menunjuk anggota kalian untuk print poster ukuran A4. Tetapi tanpa konfirmasi,
tanpa bertanya anggota kalian print poster ukuran A3, karena dia pikir semakin
besar semakin menarik. ‘kan bĂȘte!
Tapi berbeda dengan orang yang meghormati kedudukan kita sebagai ketua,
dia pasti akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, minimal bertanya
lebih dahulu.
Tuhan ingin mengajarkan pentingnya tunduk
pada otoritas. Bahkan Yesus menteladani ketaatannya pada Bapa dengan mati di
kayu salib.
Dengan meneladani Yesus, kita harus
memperlakukan orangtua kita sama seperti kita menghampiri Bapa surgawi kita
dengan hormat (Maleakhi 1:6).
Bukan itu saja bahkan Tuhan menjanjikan
kebahagiaan dan umur panjang bagi yang menghormati orang tuanya.(Ef 6:1-3).
Sebaliknya, mereka yang “pikirannya terkutuk” dan tidak beribadah pada akhir
zaman akan ditandai dengan ketidaktaatan kepada orangtua (2 Timotius 3:2)
Demikian pula anak berumur berapa pun harus
menghormati orangtua mereka, tanpa memandang apakah orangtua mereka “layak”
dihormati atau tidak.
Setelah seorang anak menjadi dewasa,
ketaatan yang mereka pelajari sebagai anak, akan menjadi bekal dalam
menghormati pihak-pihak yang berwenang, seperti pemerintah, polisi atau pun
terhadap atasan di perusahaan, dosen di kampus, pemimpin rohani di gereja.
2. Kita juga akan menjadi orangtua
Keluarga merupakan sebuah komunitas
terkecil sekaligus merupakan kekuatan sebuah masyarakat dan sebuah negara.
Gereja yang kuat terbangun atas keluarga yang kuat, pernikahan yang sehat.
Allah menyebut diri-Nya sebagai lintas generasi.
Generasi yang jujur tercipta berdasarkan
sebuah proses dan apa yang di bentuk dalam keturunan generasi ke generasi.
Berhati-hati lah menabur didalam keluarga,
karena apa yang kau tabur, akan tertuai melalui keturunanmu. Walaupun sekarang
kamu masih sekolah atau kuliah, tetapi suatu saat kamu akan merasakan juga
menjadi orang tua, problemnya kalau kamu tidak bisa menghormati orang tua dari
sekarang, suatu saat kamu akan menuai juga, anak kamu tidak menghormati kamu
lho… Seperti kisah yang dibawah ini :
Seorang kakek tua tinggal bersama anak
laki-lakinya, seorang menantu, dan cucunya yang masih berusia 4 tahun. Karena
tangannya sudah gemetaran, kakek tua itu sering kesulitan apabila sedang makan.
Kadang-kadang dia menjatuhkan sayuran, menumpahkan minuman, atau menjatuhkan
piring.
Anak laki-laki dan menantunya menjadi
jengkel. “Kita harus berbuat sesuatu,” kata si anak. “Aku sudah tidak tahan
lagi, masak setiap hari aku harus membersihkan pecahan piring.” Akhirnya suami
istri itu membuatkan sebuah meja kayu kecil di pojok ruangan. Disana, kakek tua
itu harus makan sendiri sementara anggota keluarga yang lain bercengkerama di
meja makan. Selain harus makan sendirian, kakek tua itu pun harus makan
menggunakan piring kayu yang dibuatkan oleh anaknya agar tidak lagi pecah
apabila dijatuhkan.
Meskipun hanya diam seribu bahasa, kakek
tua itu kadang-kadang meneteskan air mata ketika mendengar kata-kata yang agak
kasar saat dia menjatuhkan sesuatu. Cucu kecilnya hanya melihat semua itu dalam
diam.
Pada suatu sore, si anak laki-laki melihat
anak kecilnya bermain-main dengan mengumpulkan kayu-kayu. Dengan heran dia
bertanya, “Kamu sedang apa?” Anak kecil itu dengan polos menjawab, “Oh, aku
sedang mengumpulkan kayu-kayu, agar Aku bisa membuatkan meja dan piring kayu
untuk tempat makan ayah dan ibu apabila sudah tua nanti.”
Kata-kata itu bagaikan siraman es di
kepalanya. Si anak tak bisa berkata apa-apa. Pelan-pelan air mata mulai menetes
di pipinya. Meskipun tidak ada kata yang keluar, tapi dia tahu apa yang harus
dilakukannya. Malam itu si anak menggandeng tangan ayahnya dan menuntunnya ke
meja makan keluarga. Dan sejak saat itu si kakek tua bisa makan bersama
keluarganya lagi. Tidak ada lagi yang keberatan apabila dia menjatuhkan
sayuran, menumpahkan minuman, atau bahkan menjatuhkan piring.
Kisah tersebut menyadarkan kita juga untuk
terus menjadi teladan yang baik, termasuk teladan dalam menghormati orang tua
yang tidak “layak” dihormati karena telah sering menyakiti hati kita (1Tim
4:12).
Bahkan Tuhan ingin anak-anaknya memperbaiki
apa yang dahulu orang tuanya telah salah ajarkan. Yes 58:12 : “Engkau akan
membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang
diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki
tembok yang tembus," "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat
dihuni"”.
Tuhan ingin mulai dari generasi kitalah
diperbaiki apa yang telah runtuh, mulai dari generasi kitalah keturunan anak
cucu kita menjadi takut akan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengaku
mengasihi dan mau taat pada Allah yang tidak kelihatan, bila kita tidak bisa
menghormati orang tua yang kelihatan, yang telah merawat kita, memberi makan
kita, hingga bisa datang ke komsel hari ini.
Setelah kita tahu tujuan sebenarnya dari menghormati orang
tua, caranya gimana sih ? Apa bentuk kongkrit dari menghormati orang tua ?
Kata hormat dalam bahasa Hebrew adalah Kabad. Yang artinya
“to be heavy” = menjadi lebih berbobot. Menghormati orang tua artinya
memberikan bobot yang lebih berat pada orang tua, mendahulukan/memprioritaskan
diatas kepentingan pribadi. Dalam hal ini bentuk paling kongkrit, paling
sederhana dalam menghormati/mendahulukan orang tua dan yang semua orang bisa
lakukan adalah mendengarkan. Nah, seberapa banyak kita mendengarkan nasihat
orang tua ?
Alkitab secara blak-blakan mencatat pentingnya mendengarkan
nasihat atau ajarang orang tua, Amsal 1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan
ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. Bahkan mengutuki anak yang
tidak mendengarkan, Amsal 30:17 Mata yang mengolok-olok ayah, dan enggan
mendengarkan ibu akan dipatuk gagak lembah dan dimakan anak rajawali. Bayangkan
gagak lembah dan anak rajawali lho, mereka itu burung yang lemah, tidak seperti
gagak bukit atau induk rajawali yang kuat. Dalam artian, barangsiapa yang tidak
menghormati Ayah Ibunya, akan jatuh habis dipatuk atau dimakan (mis :
bisnisnya, kesehatannya) oleh orang-orang/perkara-perkara yang lemah sekalipun,
engkau tidak berdaya melawannya.
Walau terkadang kita selalu menemukan alasan tepat untuk
tidak mendengarkan nasihat orang tua, ini bukan berarti semua yang mereka
ajarkan salah 100 % toh ? Masalahnya adalah bukan benar atau salahnya juga,
tetapi seberapa banyak kita terbiasa mendengarkan dan mau melakukan nasihat
orang tua, termasuk dari hal-hal kecil, misalkan : “jangan pulang malam”, “belajar
jangan banyak main”, “tolong ambilkan barang”, ”tolong cuci piring”, “makan
dulu, jangan main aja”, “ini tolong ajarin sms, mamah ga bisa”, “tidur, udah
malam”, “nonton tv jangan dekat2”, “belajar menabung, jangan beli barang-barang
yang ga berguna”.
Kalau dari hal-hal kecil saja kita sudah tidak taat, apalagi
perkara besar, betul ?
Closing : Putar
Video ini: Love u'r parents
Pertanyaan diskusi :
- Sharingkan kesulitan kalian untuk mendengarkan nasihat orang tua.
- Apakah ada perkara besar yang berbeda pendapat dengan orang tua ?
No comments:
Post a Comment