Tuesday, 31 May 2016

Stop meng-lumrah-kan


Pernahkah Anda melihat kali atau selokan yang airnya berwarna hitam ? Mungkin Anda merasa jijik saat pertama kali melihatnya. Tetapi bagi warga sekitar yang tinggal di kali tersebut, pemandangan tersebut adalah hal yang lumrah.
Sesuatu yang lumrah akan dianggap biasa, akan dianggap wajar. Masalahnya terkadang hal-hal yang salah karena sudah menjadi kebiasaan atau menjadi pemandangan sehari-hari, jadi dianggap lumrah. Kebiasaan salah akan dianggap benar, karena “lumrah”.
Hal ini bukan saja tentang kebersihan lingkungan, tetapi dari berbagai macam kejadian sehari-hari. Jaman sekarang sepertinya semakin lumrah untuk menyogok aparat
agar diperlancar pembuatan ijin-ijin pembangunan. Adalah lumrah bagi sepasang kekasih untuk berciuman walaupun belum menikah. Adalah lumrah untuk pesta miras untuk merayakan sesuatu. Adalah lumrah untuk memukul Anak agar lebih disiplin.
Padahal hal lumrah itu semua sebenarnya tidak baik toh ?!
Hal lumrah ini terjadi karena kebiasaan yang salah dalam hidup bermasyarakat. Kita menjalankan kehidupan berdasarkan norma-norma masyarakat sekitar. Nah, kalau begitu ketika norma masyarakat menurun, mengarah kepada yang negatif, kita semua akan terbawa arus, menjadi negatif pula.
Karena itu sangatlah penting untuk menjaga diri kita agar sesuai norma yang benar, yaitu apa yang Tuhan telah Firmankan.
Bahkan Mrk 7:7-8 berkata
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Karena itu sangatlah penting untuk selalu membiasakan baca Firman, bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan, agar kita tidak terbiasa meng-“lumrah”-kan sesuatu yang salah. Tetapi terus menjadi penjaga kebenaran sebagai duta Kristus di dunia ini. Amin!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...