Pernahkah kamu menemui seseorang yang sudah kamu nasehati,
kamu arahkan, bahkan kamu marahi, tapi karakternya tidak berubah ? masih keras
kepala, seenaknya, sombong, mudah emosi…
Seringkali perubahan terbesar yang kita inginkan (kita
berpikir) datangnya dari luar padahal sebenarnya perubahan terbesar ada dalam
pola pikir kita. Walaupun seseorang berada dilingkungan yang baik, namun bila
masih ada kekerasan hati tetap tidak akan membawa perubahan sifat atau
karakter-karakternya. Makanya tidak aneh bila banyak orang yang kenal Yesus,
tapi tidak mengalami perubahan karakter.
Kenapa seorang
petinju membutuhkan seorang pelatih ? Toh belum tentu pelatih tersebut lebih
hebat dari petinjunya kan ? Karena seorang petinju tetap membutuhkan seseorang untuk
melihat “blind spot” sang petinju, agar bisa mengkoreksi
kekurangan-kekurangannya. Apakah pergerakan kakinya salah, posisi badannya
salah, tinjunya kurang keatas dsb.
Yaitu orang-orang disekitar kita !
Rom 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
“Segala sesuatu” artinya kita dipertemukan dengan
orang-orang disekitar kita juga adalah bagian dari rencana Tuhan. Baik itu
orang yang menyebalkan, selalu beda pendapat, ataupun yang selama ini kita
kagumi.
Kalian pasti pernah dengar kan test temperamen seperti :
Sanguin, Melankolis, Korelic, Plegmatis.
Berbargai pergesekan, perbedaan pendapat bisa terjadi,
karena itu kita perlu tahu, bahwa tipe tiap orang berbeda-beda dan terlebih
lagi mengetahui diri kita sendiri, apa yang perlu kita koreksi, dan apa yang
memang menjadi keunikan kita. Hati-hati
yah jng sampai terbalik… Bila ada kejadian yang seharusnya menjadi bahan untuk
mengkoreksi diri, tetapi kitanya malah mengeraskan hati dan jadi ngomong “Ah,
saya mah apa adanya.”
Misalkan seorang sahabat sedang menegur cara kita bergurau
yang kerap menyinggung fisik atau kelemahan seseorang, jangan sampai kita
bilang “Ah cuman bercanda ini koq.” Atau “Saya mah memang begini orangnya, be
u’r self aja jangan jadi orang munafik”
Sebenarnya kejadian tersebut seperti kita sedang diberitahu
pelatih, tetapi kita menolak nasihat pelatih. Yah pelatih ga bisa memaksa juga
sih, kan petinju yang biasanya bayar pelatih, tapi jangan sampai kita menyesal
kemudian dan kalah di ring tinju, alias kita akan jadi marah seseorang karena
cara bergurau kita.
Jadi siap-siap yah ketika dikoreksi oleh pelatih kita,
bedakan benar-benar mana yang perlu dikoreksi mana yang memang keunikan kita.
Seorang melankolis bisa saja mempunyai perasaan
“Si korelic terlalu keras.”
“Ah si plegmatis terlalu cuek.”
“Si sanguin terlalu banyak bicara.”
Apakah ucapan melankolis tersebut salah ? Belum tentu…
Sanguin terlalu banyak bicara, salah kalau memang sedang bekerja, benar kalau
memang saat hangout bareng teman, sanguine bisa menjadi “si pencair suasana”
Plegmatis terlalu cuek ? benar, tetapi itu sebuah keuntungan
ketika plegmatis menghadapi masalah, dia tidak mudah tergoncang dan
mood-mood-an. Disebut tidak baik juga memang iya, karena dia kurang motivasi
untuk memberikan lebih dari yang diminta bosnya, selalu di zona nyaman.
Sekarang kalau korelic dianggap keras. Apakah keras selalu
berdampak negative ? tidak juga. Karena keras, biasanya orang korelic punya
daya juang yang tinggi, selalu ingin menjadi no.1 bayangkan kalau kita sebagai
atlet tidak punya daya juang tinggi. “Yah bersyukur dah jadi juara 2 juga,
sudah untung.” No! jangan pernah puas dengan keadaan no.2
Tapi, “tau darimana kalau ucapan atau perbuatan saya ini
benar atau tidak ?”
Kejarlah buah-buah roh!
Gal. 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Jadi coba test temperamen diri kamu, dan mulai instropeksi
diri :
1. Seorang sanguin telah dilahirkan dengan rasa
kasih, sukacita, dan kebaikan; namun Roh
Kudus perlu "memasok" damai sejahtera untuk orang sanguin yang mudah
gelisah. Demikian juga kesabaran
ganti mudah menyerah, kelembutan ganti sikap "grusa-grusu", kemurahan
ganti egoistis, iman ganti rasa takut, kurang aman, dan yang terutama adalah
penguasaan diri ganti kurang displin. Kata kunci : “Penguasaan diri, kesabaran”
2. Orang koleris yang sudah dilahirkan dengan
disiplin, tahan menderita, dan ketekunan. Roh
Kudus perlu “memasok” rasa kasih dan belas kasihan yang akan memungkinkannya
lebih sensitif terhadap perasaan orang lain. Demikian juga ia membutuhkan damai sejahtera ganti ketergesaan,
kelembutan ganti sikap sarkastis, sikap tidak melawan ganti kecenderungan untuk
memberontak, dan iman ganti kepercayaan terhadap diri sendiri. Kata kunci : “Kelemahlembutan,
kemurahan.”
3. Seorang
melankolis dilahirkan dengan sikap lembut, penguasaan diri, dan tahan
menderita. Kebutuhan utama seorang
melankolis adalah kasih terhadap diri sendiri dan orang lain sebagai ganti dari
sikap perfeksionisnya. Sukacita ganti kecenderungannya yang muram, damai
sejahtera ganti kecenderungan sikap mengkritik atau pun menghakimi, serta iman
ganti kekhawatiran yang terus menguasainya. Kata kunci : “Sukacita, damai
sejahtera”
4. Seorang Plegmatis yang dilahirkan dengan
kelembutan dan keramahan. Kebutuhan
utama yang harus "dipasok" oleh Roh Allah adalah kasih dan belas
kasihan terhadap yang lain. Demikian juga daya tahan ganti kecenderungan cepat
menyerah. Iman ganti segala kekhawatiran yang ada, dan penguasaan diri ganti
kecenderungan untuk aman. Kata kunci : “Kasih, kebaikan”
Dalam pemenuhan yang terus-menerus oleh Roh Kudus, maka
keempat temperamen ini akan menjadi temperamen yang diubahkan
(ditransformasikan) oleh Allah. Petrus si Sanguin, Paulus si Koleris, Musa si
Melankolis, dan Abraham si Plegmatis adalah orang-orang yang dipakai Tuhan
dengan luar biasa. Tuhan telah memakai mereka dengan segala kelebihan dan
keterbatasan yang mereka miliki.
Tuhan tidak mengubah temperamen mereka. Tuhan tidak menjadikan
mereka "orang lain". Yang Tuhan lakukan adalah mentransformasi
temperamen tersebut.
Masing-masing menjadi pribadi yang optimal dengan temperamen
masing-masing oleh karena kehadiran Tuhan di dalam kehidupannya.
Pemenuhan ini tentunya menuntut kehidupan yang dipimpin oleh
Roh Allah.
Seperti yang dinyatakan oleh Paulus, "Jikalau kita
hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin Roh." (Gal. 5:25)
Diskusi :
Buatlah kata-kata singkat sesuai ayat-ayat
Alkitab yang bisa meng-encounter kelemahan kamu, hafalkan dan praktekan setiap
hari terutama saat kelemahan kamu sedang diserang!
Misalkan : “Tuhan Kaulah gunung batuku &
perisaiku,” “Tuhan Kaulah sukacitaku,” “Tuhan Kaulah segalanya,” “Tuhan Kaulah
pembelaku, “ ”God You are my provider,” “My God is bigger than my
circumstances.”
No comments:
Post a Comment