Thursday, 30 March 2017

Penting aku atau mereka


Markus 6:34-37
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?"

Yesus, Sang Gembala, tergerak hati-Nya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak karena mereka seperti kawanan domba tanpa gembala. Namun menariknya, Yesus tidak hanya mengajar mereka, Yesus memberi makan mereka!

Rasa Belas kasih lah yang akan menggerakkan seseorang untuk keluar dari dari kepentingan pribadinya, lalu mengarahkan hati dan  pikirannya kepada orang lain.
Setiap hari kita berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki beragam kebutuhan, beragam masalah, beragam hal yang tidak tentu. Orang yang sedang bergumul dengan penyakit, orang yang perlu dukungan, dan kehadiran orang lain yang akan memberinya semangat hidup. Melihat kondisi ini, apakah kita mau berkorban untuk memenuhi harapan mereka?

Apapun perbuatan / pemberian kita (uang, nasi bungkus, baju layak pakai, pembesukan, mobil jemputan, telinga yang mendengar, kata-kata yang menghibur, sentuhan kasih, keterampilan medis, dll), ketika dilakukan demi dan bagi Kristus, dapat dipakai Tuhan untuk membawa banyak orang takjub akan Dia dan membuka hati untuk mendengarkan Kabar Baik-Nya.
Bentuk pengorbanan ada beberapa bentuk, berkorban tenaga, waktu, materi, dan perasaan. Minggu ini kita akan menantang diri kita masing-masing agar mau berkorban tenaga.

Mengorbankan tenaga kita untuk orang lain, sederhana sekali sebenarnya, yaitu bekerja dengan kasih.
1 Korintus 16:14" Lakukanlah segala pekerjaan mu dalam Kasih"
Dan bekerja disini bukan berarti hanya bekerja di kantor atau usaha yang sedang kita jalankan, tapi dimana pun kamu berada, baik itu di kuliah, di keluarga, di pelayanan, di tempat umum. Jadilah orang-orang yang bekerja dengan kasih. Yang dalam arti kita bekerja dengan menjadi dampak, menjadi inspirasi buat orang lain.
Mungkin kita sering berpikir, untuk apa bersusah-payah mengurusi orang lain dan merepotkan diri sendiri, sedangkan hidup kita saja sudah banyak masalah. Namun Tuhan seringkali berkata sebaliknya, lebih baik memberi daripada menerima.
Kis 20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.


Abraham Maslow seorang ahli psikologi membagi motivasi seseorang bekerja dalam sebuah hirarki. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi kinerjanya. Semakin tinggi kinerjanya semakin membawa hasil positif bagi lingkungan sekitarnya.
Coba intropeksi diri kalian masing-masing, berada dimanakah posisi kalian saat ini. Dibagi dalam tiga lingkup :
  1. Tempat kerja/kuliah.
  2. Keluarga.
  3. Gereja.
Apakah kamu sudah malas bekerja dan ingin pindah ? or kamu sudah tidak betah di rumah, atau kamu sudah malas melayani di gereja ? hati-hati jangan sampai kita menjadi orang Kristen yang low motivation dan masuk kategori survival. Ketika kita tidak melakukan pekerjaan dengan baik sebagai karyawan, pengusaha, sebagai mahasiswa, sebagai anak dalam keluarga, sebagai pelayan dalam gereja kita tidak akan berbuah. Kita tidak akan memberi dampak yang signifikan bagi kehidupan orang lain, bahkan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
So… sangat penting agar kita mempunyai motivasi yang baik dalam segala sesuatunya, jangan karena “ga ada duidnya” sehingga kita bekerja setengah-setengah, atau karena sebal sama dosennya, kita lebih memilih pindah kelas. Atau karena sudah malas dengan kelakuan orang-orang rumah, kita malah tidak berkomunikasi sama sekali, diam dalam kamar seharian.

Jangan sampai kita mau mengorbankan tenaga kalau “ada maunya” atau untuk pencitraan diri saja. Teruslah beri yang terbaik dalam segala pekerjaan kita, terlepas ada orang yang memuji atau tidak, terlepas  ada yang menghargai atau malah mencemooh. Telepas pekerjaan yang kita lakukan adalah pekerjaan yang bergengi atau pun pekerjaan yang dianggap rendah (misalkan memungut sampah yang berserakan). Atau melihat orang lain yang memberi lebih sedikit kelihatannya lebih banyak menerima, jangan kecil hati, jangan goyah iman mu. Sebuah berlian tidak akan pernah meredup sinarnya walau di tempat sampah. Pada waktunya akan ada yang mengambil. Andalah berlian tersebut, yang sangat berharga di Mata Tuhan.
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Dian Paramita seorang bloger dari Yogyakarta berkesempatan membuntuti kehidupan Pak Ahok (Gubernur Jakarta) seharian full. Lengkapnya bisa dibaca disini www.dianparamita.com
Ternyata segudang kesibukan yang dihadapi Pak Ahok tidak terpancarkan melalui rautan wajah Pak Ahok. Di akhir kesempatan  Dian sempat mewawancarai beliau : 
"Tadi saya lihat banyak banget ya Pak yang pengen foto sama Bapak. Apa nggak capek?"
"Kalo kamu melayani orang dengan senang hati, mesti nggak capek. Pekerjaan pemerintah ini nggak bisa pura-pura. Kalau kamu pura-pura, kamu burn out, nggak tahan. Saya sudah terbiasa seperti ini belasan tahun."
"Lalu kenapa Bapak senang melayani orang?"
"Karena saya memutuskan masuk politik kan untuk melayani orang. Karena pekerjaan ini untuk melayani banyak orang."
"Itu tujuannya, tapi kenapa Bapak ingin melayani orang? Kenapa senang melakukannya?"
"Dari kecil, dibentuk dari Bapak, kalau mau menolong orang, ya harus melayani orang.”
Trus Bapak kangen nggak sama kehidupan biasa, misal ke supermarket gitu?"
"Sudah saya matikan. Nggak ada lagi. Dahulu saya paling suka belanja di supermarket, jalan. Sekarang saya sudah nggak ada keinginan itu lagi. Kalau punya keinginan, harus segera dilupakan saja. Kita harus terima nasib kita harus kayak gitu. Karena suka kita melayani lebih besar daripada keinginan itu."
"Wahhh...”
Hikmah : Dalam bekerja sepenuh hati pasti ada hal-hal yang hilang dalam hidup kita, seperti kesukaan Pak Ahok belanja di supermarket. Tapi lihatlah Pak Ahok sesibuk itu pun tidak stress, namun mendapat sukacita yang kekal, karena beliau bekerja dengan melayani, bekerja dengan kasih bagi rakyat Indonesia.
Di akhir wawancara Dian bertanya : "apa keinginan pribadi Bapak?"
"Saya pribadi hanya ingin ada keadilan sosial. Orang mendapatkan haknya. Secara pribadi saya tidak bisa membantu banyak orang. Makanya lewat menjadi pemerintah bisa membantu banyak. Seperti keadilan sosial, bantuan sosial. Orang sakit, ada BPJS, ya pergi berobat. Sekolah pun begitu. Itulah keadilan sosial."

Diskusi :
  1. Sebutkan hal praktis yang dapat kita lakukan untuk membantu keluarga di rumah, teman di kampus/tempat kerja.
  2. Ceritakan pengalaman pengorbanan yang teman-teman pernah lakukan bagi orang lain.

Tuesday, 21 March 2017

Family is your best friend


Kita sering mendengar istilah sobat karib. Sebenarnya seperti apa sih ciri-cirinya bahwa pertemanan sudah bisa disebut sobat karib ?
Mungkin jawabannya tidak jauh dari ini : Sobat karib adalah seseorang yang bisa kita terima kekurangan kelebihannya, dan kita rela berkorban demi sobat karib kita.
Manusia tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan komunitas atau teman yang cocok. Cocok tidak harus sama tetapi juga bisa kontras. Contoh: Bila kita memencet odol dari bagian bawahnya secara rapih, mungkin Kakak atau Adik kalian memencet odol asal saja, yang penting keluar odolnya.

Nah... komsel kali ini kita tidak akan membahas sobat karib, tetapi tentang keluarga.
Kenapa keluarga ? karena keluarga adalah komunitas paling pertama dan utama dalam kehidupan kita. Keluarga adalah tempat dimana kita dimiliki dan memiliki. Keluarga adalah tempat dimana kita jadi diri kita sendiri, keluargalah yang biasanya paling tahu kita apa adanya. Karakter kita, masa depan kita sangat ditentukan dengan apa yang terjadi dalam keluarga.
Lho, lalu apa hubungannya dengan sobat karib dong ?
Begini Bro & Sis… Jaman sekarang orang semakin terbuka, semakin sayang dengan sobat karibnya bukan dengan keluarganya. Iya ga sih ?
Padahal keluarga itu sangat penting untuk masa depan kita, sudah sewajarnya kita turut andil menjaga keharmonisan keluarga. Toh Kebahagiaan keluarga adalah kebahagiaan kita juga.
Dan apa sih kado terindah, kekal dan berguna bagi keluarga kita ? Jawabannya, adalah saat seluruh anggota kita dipulihkan dan mau menerima Yesus sebagai juru selamat.
Namun hal tersebut tidak mudah, apalagi status kita sebagai anak yang harus menghormati dan mau diatur. Karena itu dalam persahabatan dengan sobat karib ada nilai-nilai positif yang bisa kita pelajari untuk diterapkan dalam keluarga. Misalkan dua hal dibawah ini :

1. Penerimaan 
“Kita berantem tapi sayang itu tetap ada” –sobat karib-
Mazmur 133:1&3b  Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! …. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Mazmur berkata kita harus diam bersama dengan rukun! Bukan melarikan diri karena tidak betah dirumah, bukan saling diam & menjadikan rumah bagai losmen, pergi pagi, pulang malam tanpa menyapa, tanpa komunikasi. Meskipun keluarga, se-darah & se-DNA, tetap saja yang namanya perbedaan selalu ada, namun perbedaan bukan permasalahan yang utama. Seringkali yang jadi permasalahan adanya tidak ada penerimaan.
Tidak ada keluarga yang sempurna, karena keluarga terdiri dari individu-individu yang tidak sempurna. Anak-anak lahir dari kedua orang tua yang tidak sempurna, what do you expect?
Itu sebabnya jangan kita terkecoh dengan pemikiran: kenapa ya keluarga saya kok begini ya? Tidak seperti keluarga itu?
Sangat mudah untuk mencintai seorang yang sempurna, tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi tidak ada orang yang seperti itu dimuka bumi ini. Jadi kita harus mengatur ekspektasi kita supaya kita tidak kecewa, kita harus belajar menerima.
Tuntutan yang tidak perlu dapat menyebabkan kita negatif thinking dan membuat kamu mudah dikecewakan oleh keluarga.

2. Prioritas
“Kalau kenapa-napa, lapor aku aja sobat” –sobat karib-

Coba kalau kalian ditelepon oleh keluarga diminta tolong menemani beli barang, dibandingkan dengan menemani temen kalian untuk beli barang. Lebih memilih yang mana ? menemani keluarga atau menemani temen ?
Mungkin hal tersebut adalah salah satu dari sekian banyak indikator, apakah kita mengasihi keluarga kita atau tidak.

Kalau ditanya kalian sayang keluarga engga ? pasti dengan mudah menjawab iya.
Tetapi kalau ngomong sayang harus dibuktikan dengan tindakan yang nyata betul tidak ?
Hebatnya keluarga, seringkali walau tidak ditemenin dan dinomor duakan tetap kalian disayang lho. Buktinya kalian masih bisa makan dan tidur dalam rumah :p

Dalam sebuah hubungan, yang menentukan kualitas hubungan tersebut adalah kita sendiri.
Semua relationship yg kita punya, memiliki persamaan yaitu kita (saya) ada didalamnya. Jadi kalo kia mengupgrade diri kita menjadi lebih baik, maka secara tidak langsung hubungan yang kita punya juga akan berubah, termasuk hubungan kamu dengan keluargamu.

Ams 4:23 "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan"

"the bigger your heart the bigger your world"

Bukan masalah seperti apa lingkungan keluargamu, tetapi prioritas kita untuk mengasihi tanpa pamrih, berkorban waktu, tenaga tanpa mengharapkan balasan. Disitulah kita memancarkan kehidupan.
Tidak perlu menginjil atau membacakan ayat-ayat Alkitab untuk keluarga.
Keluarga kita akan tertarik dengan seberapa banyak kita memprioritaskan mereka. Termasuk saat ada masalah dalam keluarga, seberapa banyak kita menjaga hati untuk mengasihi keluarga kita.
Ataukah karena kita tidak mendapat dukungan moril, materi untuk kuliah dari keluarga, lalu kita berhak menyalahkan keluarga kita ? Apakah hal tersebut memancarkan kehidupan atau mematikan hubungan ?
Masalah akan selalu ada, itu artinya kita amsih hidup dan bernafas. Masalah hilang ketika kita sudah mati.

Kita harus memahami bahwa Apa yang ada di benak Tuhan bukanlah kenapa atau mengapa terjadi, atau justru apa yang terjadi, namun justru yang Tuhan pikirkan adalah apa yang terjadi setelahnya. Disaat ada masalah datang, selalu ada kasih, mujizat, penghiburan.

We need to understand that sometimes things doesn’t work out, sometimes they do.

Dalam alkitab, tidak dikatakan Tuhan hanya membuat segala yang baik aja, tetapi Tuhan bilang “all things" artinya semuanya digunakan untuk kepentingannya. Tidak ada yang sia-sia dalam kacamatanya Tuhan. Sayangnya kita cenderung tidak mengerti maksud baiknya Tuhan.

Jadi apapun yang terjadi dalam keluarga kalian, tetaplah memprioritaskan keluarga, jadilah seseorang yang memancarkan kehidupan dalam sebuah hubungan.

Diskusi :

1. Bagaimana kondisi keluarga kalian ? Kalian bisa menerima sepenuhnya ?
2. Apa yang dapat dilakukan bila keluarga tidak harmonis ?

-What you can do to promote world peace ? Go home and love your family-
Mother Teresa

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...