Markus 6:34-37
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?"
Yesus, Sang Gembala, tergerak hati-Nya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak karena mereka seperti kawanan domba tanpa gembala. Namun menariknya, Yesus tidak hanya mengajar mereka, Yesus memberi makan mereka!
Rasa Belas kasih lah yang akan menggerakkan seseorang untuk keluar dari dari kepentingan pribadinya, lalu mengarahkan hati dan pikirannya kepada orang lain.
Setiap hari kita berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki beragam kebutuhan, beragam masalah, beragam hal yang tidak tentu. Orang yang sedang bergumul dengan penyakit, orang yang perlu dukungan, dan kehadiran orang lain yang akan memberinya semangat hidup. Melihat kondisi ini, apakah kita mau berkorban untuk memenuhi harapan mereka?
Apapun perbuatan / pemberian kita (uang, nasi bungkus, baju layak pakai, pembesukan, mobil jemputan, telinga yang mendengar, kata-kata yang menghibur, sentuhan kasih, keterampilan medis, dll), ketika dilakukan demi dan bagi Kristus, dapat dipakai Tuhan untuk membawa banyak orang takjub akan Dia dan membuka hati untuk mendengarkan Kabar Baik-Nya.
Bentuk pengorbanan ada beberapa bentuk, berkorban tenaga, waktu, materi, dan perasaan. Minggu ini kita akan menantang diri kita masing-masing agar mau berkorban tenaga.
Mengorbankan tenaga kita untuk orang lain, sederhana sekali sebenarnya, yaitu bekerja dengan kasih.
1 Korintus 16:14" Lakukanlah segala pekerjaan mu dalam Kasih"
Dan bekerja disini bukan berarti hanya bekerja di kantor atau usaha yang sedang kita jalankan, tapi dimana pun kamu berada, baik itu di kuliah, di keluarga, di pelayanan, di tempat umum. Jadilah orang-orang yang bekerja dengan kasih. Yang dalam arti kita bekerja dengan menjadi dampak, menjadi inspirasi buat orang lain.
Mungkin kita sering berpikir, untuk apa bersusah-payah mengurusi orang lain dan merepotkan diri sendiri, sedangkan hidup kita saja sudah banyak masalah. Namun Tuhan seringkali berkata sebaliknya, lebih baik memberi daripada menerima.
Kis 20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi membagi motivasi seseorang bekerja dalam sebuah hirarki. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi kinerjanya. Semakin tinggi kinerjanya semakin membawa hasil positif bagi lingkungan sekitarnya.
Coba intropeksi diri kalian masing-masing, berada dimanakah posisi kalian saat ini. Dibagi dalam tiga lingkup :
- Tempat kerja/kuliah.
- Keluarga.
- Gereja.
Apakah kamu sudah malas bekerja dan ingin pindah ? or kamu sudah tidak betah di rumah, atau kamu sudah malas melayani di gereja ? hati-hati jangan sampai kita menjadi orang Kristen yang low motivation dan masuk kategori survival. Ketika kita tidak melakukan pekerjaan dengan baik sebagai karyawan, pengusaha, sebagai mahasiswa, sebagai anak dalam keluarga, sebagai pelayan dalam gereja kita tidak akan berbuah. Kita tidak akan memberi dampak yang signifikan bagi kehidupan orang lain, bahkan bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
So… sangat penting agar kita mempunyai motivasi yang baik dalam segala sesuatunya, jangan karena “ga ada duidnya” sehingga kita bekerja setengah-setengah, atau karena sebal sama dosennya, kita lebih memilih pindah kelas. Atau karena sudah malas dengan kelakuan orang-orang rumah, kita malah tidak berkomunikasi sama sekali, diam dalam kamar seharian.
Jangan sampai kita mau mengorbankan tenaga kalau “ada maunya” atau untuk pencitraan diri saja. Teruslah beri yang terbaik dalam segala pekerjaan kita, terlepas ada orang yang memuji atau tidak, terlepas ada yang menghargai atau malah mencemooh. Telepas pekerjaan yang kita lakukan adalah pekerjaan yang bergengi atau pun pekerjaan yang dianggap rendah (misalkan memungut sampah yang berserakan). Atau melihat orang lain yang memberi lebih sedikit kelihatannya lebih banyak menerima, jangan kecil hati, jangan goyah iman mu. Sebuah berlian tidak akan pernah meredup sinarnya walau di tempat sampah. Pada waktunya akan ada yang mengambil. Andalah berlian tersebut, yang sangat berharga di Mata Tuhan.
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
Dian Paramita seorang bloger dari Yogyakarta berkesempatan membuntuti kehidupan Pak Ahok (Gubernur Jakarta) seharian full. Lengkapnya bisa dibaca disini www.dianparamita.com
Ternyata segudang kesibukan yang dihadapi Pak Ahok tidak terpancarkan melalui rautan wajah Pak Ahok. Di akhir kesempatan Dian sempat mewawancarai beliau :
"Tadi saya lihat banyak banget ya Pak yang pengen foto sama Bapak. Apa nggak capek?"
"Kalo kamu melayani orang dengan senang hati, mesti nggak capek. Pekerjaan pemerintah ini nggak bisa pura-pura. Kalau kamu pura-pura, kamu burn out, nggak tahan. Saya sudah terbiasa seperti ini belasan tahun."
"Lalu kenapa Bapak senang melayani orang?"
"Karena saya memutuskan masuk politik kan untuk melayani orang. Karena pekerjaan ini untuk melayani banyak orang."
"Itu tujuannya, tapi kenapa Bapak ingin melayani orang? Kenapa senang melakukannya?"
"Dari kecil, dibentuk dari Bapak, kalau mau menolong orang, ya harus melayani orang.”
Trus Bapak kangen nggak sama kehidupan biasa, misal ke supermarket gitu?"
"Sudah saya matikan. Nggak ada lagi. Dahulu saya paling suka belanja di supermarket, jalan. Sekarang saya sudah nggak ada keinginan itu lagi. Kalau punya keinginan, harus segera dilupakan saja. Kita harus terima nasib kita harus kayak gitu. Karena suka kita melayani lebih besar daripada keinginan itu."
"Wahhh...”
Hikmah : Dalam bekerja sepenuh hati pasti ada hal-hal yang hilang dalam hidup kita, seperti kesukaan Pak Ahok belanja di supermarket. Tapi lihatlah Pak Ahok sesibuk itu pun tidak stress, namun mendapat sukacita yang kekal, karena beliau bekerja dengan melayani, bekerja dengan kasih bagi rakyat Indonesia.
Di akhir wawancara Dian bertanya : "apa keinginan pribadi Bapak?"
"Saya pribadi hanya ingin ada keadilan sosial. Orang mendapatkan haknya. Secara pribadi saya tidak bisa membantu banyak orang. Makanya lewat menjadi pemerintah bisa membantu banyak. Seperti keadilan sosial, bantuan sosial. Orang sakit, ada BPJS, ya pergi berobat. Sekolah pun begitu. Itulah keadilan sosial."
Diskusi :
- Sebutkan hal praktis yang dapat kita lakukan untuk membantu keluarga di rumah, teman di kampus/tempat kerja.
- Ceritakan pengalaman pengorbanan yang teman-teman pernah lakukan bagi orang lain.